Minggu, 19 Mei 2013

WANITA TIDAK TAHU 3 HAL INI DARI PRIA

Agar sesuatu hubungan itu berjalan lancar, sebaiknya wanita dan pria saling memahami satu sama lain..
Sayangnya, tetap ada tiga hal yang tidak diketahui wanita dari pria..

1. PRIA ITU SEDERHANA..
Tidak seperti wanita yang kompleks, pria itu sederhana, Apa yang mereka rasakan, itulah yang diungkapkan..
Pria juga mudah ditebak tidak bertele-tele jika ingin menyampaikan sesuatu..
Sayangnya banyak wanita kurang sadar akan hal ini dan menganggap pria membingungkan..


2. PRIA ITU CUEK..
Pria cukup payah dalam memberikan perhatian..
Kebanyakan dari mereka sangat cuek dan tidak tahu harus berbuat apa untuk menyenangkan pasangannya..
Meskipun begitu, cuek bukan berarti tidak sayang.. Jadi jangan buru-buru menuduh pria tidak menyukai Anda hanya karena dia punya watak yang sangat cuek..
 

3. PRIA TAK BISA MEMBACA PIKIRAN..
Kebiasaan wanita yang punya masalah dengan pasangannya adalah diam saja..
Mereka berharap agar pria paham dengan sendirinya atas kesalahan yang dilakukan..
Padahal semua pria pasti tidak bisa membaca pikiran,Jadi percuma saja jika wanita diam, masalah pasti tidak akan terselesaikan..
 

Beberapa wanita mungkin tahu tentang ketiga hal tersebut tentang pria, namun pura-pura tidak menyadarinya..
Apakah Anda juga Begitu..??

Jumat, 10 Mei 2013

"Just Give Me A Reason"

Kita semua bisa dibilang sekolah, siapa sih yang tidak sekolah? Minimal SD, SMP. Lantas pertanyaannya kenapa kita sekolah? Disuruh orang tua? Pengin? Biar dapat pekerjaan bagus? Just give me a reason.

Kita semua makan, minum, siapa sih yang tidak makan, minum? Pasti melakukannya. Lantas pertanyaannya kenapa kita makan, minum? Terpaksa? Dipaksa? Butuh? Harus? Kalau nggak semaput bisa wassalam? Just give me a reason.

Kita semua main internetan, facebook-an, twitteran, siapa sih yang tidak--apalagi kalau bisa baca catatan ini, siapa yg tidak? Lantas pertanyaannya kenapa kita main internetan, fb-an? Ada alasannya? Ada penyebabnya? Just give me a reason.

Kenapa kita menikah? Siapa sih yang menyuruh menikah? Kenapa harus dia? Just give me a reason.

Kenapa kita jatuh cinta? Siapa sih yang menyuruh jatuh cinta? Kenapa harus dia? Just give me a reason.

Kenapa kita kerja keras? Mau kaya raya? Buat apa? Untuk siapa? Lantas kenapa? Just give me a reason.

Sudah saatnya orang2 memikirkan jawaban atas banyak pertanyaan penting. Karena dari sanalah sebuah prinsip hidup yang baik bisa tumbuh. Manusia itu dilengkapi otak, dan itu tidak hanya didesain untuk belajar matematika, menemukan teknologi baru, menemukan pemikiran hebat, dan sebagainya; otak manusia pun juga didesain untuk memikirkan jawaban atas pertanyaan2 yang bisa memandu hidup. Di desain untuk berpikir tentang hakikat hidup, dan mencari Tuhan-nya.

Just give me a reason. Semoga menemukannya, dan menjadi lampu penerang hingga kapanpun. Pemahaman yang mencegah kita berbuat buruk, zalim dan merusak. Memandu kita berbuat baik, berbagi dan selalu saling mengingatkan. Tidak ada dalam agama kita jawaban: Karena ngikut saja, bang. Karena ngalir saja deh, bang. Tahu deh, pokoknya begitu deh, bang. Tidak terbilang dalam kitab suci ditulis agar manusia menggunakan akalnya untuk berpikir.

Just give me a reason. Karena tahukah kita, bukankah kita semua dilahirkan, hidup di muka bumi? Siapa yang menyuruh kita hidup? Bisa berkeliaran di muka bumi? Jangan sampai hingga maut menjemput, kita tidak tahu kenapa kita hidup di muka bumi. Apakah kita pernah menemukan Tuhan dalam perjalanan pemikiran tersebut.

Just give me a reason.


-Tere Liye

Kamis, 09 Mei 2013

KEBIASAAN MEMBACA

Kebiasaan membaca seharusnya bukan semata2 milik orang Jepang. Bayangkan, di Jepang, koran2 top mereka, seperti Asahi Shimbun, oplahnya per hari bisa mencapai nyaris 8 juta eksemplar (edisi pagi), dan 3 juta (edisi sorenya). Ampun2an deh melihat angka ini. Kalian tahu, setiap 1000 orang Jepang, maka ada 634 koran. Gile bener, kan? Di Indonesia, satu koran bisa buat 10 orang. Yomiuri Shimbun, koran Jepang juga, bahkan sirkulasinya bisa mencapai 14 juta per hari (tahun 2005; tahun paling tinggi).

Menurut cerita orang2 yg pernah tinggal di luar negeri; negara2 maju itu, budaya membacanya bukan main. Di kereta, di bus, di halte, mereka pada rajin membaca. Karena saya hanya tinggal di kisaran sini-sini saja, jd saya tidak tahu pasti, apakah kabar ini benar atau cuma kabar burung saja.

Kalau melihat data dari nationmaster, meski datanya tidak update, maka di negara seperti Swis, Finlandia, Inggris, rata2 produksi buku per judul bisa mencapai 2 judul per 1000 penduduk. Indonesia di urutan 97, dengan angka 0,001 judul per 1000 penduduk. Kita lagi2 tertinggal jauh.

Menurut cerita orang2 yg pernah tinggal di luar negeri; negara2 maju itu perpustakaannya ramai sekali. Jam buka perpustakaan baru setengah jam lagi, pukul 09.00, yg mengantri di halaman perpust sudah mengular panjang, yang membuat petugas perpust harus membuat aturan main masuk per gelombang. Di Indonesia rasa-rasanya sy tidak pernah menemukan yg begitu. Sy pernah nyasar di Hongkong, sy bingung melihat ini antrian apa sih? Panjang benar, pagi2 sekali? Seorang petugas berbaik hati bilang antrian masuk perpust. Saya menghela nafas lega, Thx God, sy kira ini antrian ke toilet, karena sy sejak tadi kebelet buang air kecil setelah berkeliling.

Tinggalkan data kuantitatif yang kadang membuat pusing, mari kita lihat sekitar; apakah kebiasaan membaca ada? Anak2 remaja, apakah lebih suka menghabiskan waktu dengan membaca? Orang tua, orang2 dewasa, apakah lebih suka menghabiskan waktu dengan membaca? Silahkan dinilai masing2, karena kalau sy yang menyimpulkan, lebih banyak yang protesnya. Bilang melototin gagdet, itu juga membaca. Dsbgnya, dsbgnya.

Saya hanya ingin menutup catatan pendek ini dengan: seharusnya kebiasaan membaca itu MILIK kita. Ya Allah, bukankah semua umat muslim tahu, ayat pertama yang diturunkan berbunyi: bacalah. Kebiasaan membaca itu sungguh seharusnya milik kami. Milik kami ya Allah. Jadi bukan karena tere liye seorang penulis buku, yang jualan buku, maka dia konsen sekali atas budaya membaca, tapi adalah perintah nyata dalam kitab suci, membaca.

Entahlah. Sebenarnya, apakah orang2 modern di luar negeri itu yang lebih paham soal perintah membaca ini, mereka mengambil manfaatnya, sementara kami tidak--bahkan tidak peduli kalau itu perintah pertama kitab suci.

Saya juga akan tulis lagi dalam repost catatan ini beberapa manfaat membaca (’Aidh bin Abdullah al-Qarn):

1. Membaca menghilangkan kecemasan dan kegundahan.

2. Ketika sibuk membaca, sesorang terhalang masuk dalam kebodohan.

3. Kebiasaan membaca membuat orang terlalu sibuk untuk bisa berhubungan dengan orang2 malas dan tidak mau bekerja.

4. Dengan sering membaca, seseorang bisa mengembangkan keluwesan dan kefasihan dalam bertutur kata.

5. Membaca membantu mengembangkan pemikiran dan menjernihkan cara berpikir.

6. Membaca meningkatkan pengetahuan seseorang dan meningkatkan memori dan pemahaman.

7. Dengan sering membaca, seseorang dapat mengambil manfaat dari pengalama orang lain, seperti mencontoh kearifan orang bijaksanan dan kecerdasan orang-orang berilmu.

8. Dengan sering membaca, seseorang dapat mengembangkan kemampuannya baik untuk mendapat dan merespon ilmu pengetahuan maupun untuk mempelajari disiplin ilmu dan aplikasi didalam hidup.

9. Keyakinan seseorangakan bertambah ketika dia membaca buku2 yang bermanfaat, terutama buku2 yang ditulis oleh penulis2 yg baik. Buku itu adalah penyampai ceramah terbaik dan ia mempunyai pengaruh kuat untuk menuntun seseorang menuju kebaikan dan menjauhkan dari kejahatan.

10. Membaca membantu seseorang untuk menyegarkan pikirannya dari keruwetan dan menyelamatkan waktunya agar tidak sia2.

11. Dengan sering membaca, seseorang bisa menguasai banyak kata dan mempelajari berbagai model kalimat, lebihlanjut lagi ia bisa meningkatkan kemampuannya untuk menyerap konsep dan untuk memahami apa yang tertulis “diantara baris demi baris” (memahami apa yang tersirat).

Selasa, 07 Mei 2013

Kisah Seekor Monyet

Saya itu pencinta kisah2 klasik, cerita2 orang tua. Ini juga salah satu favorit saya: kisah seekor monyet. Saya lupa, di buku mana, dari siapa, entah dulu waktu kecil pertama kali mendengarnya, jadi maafkan saya tidak bisa merujuk sumber. Boleh jadi cerita ini diwarisi dari mulut ke mulut, jadi tidak tahu.

Kalian mungkin pernah mendengarnya, tapi ijinkan saya menceritakannya ulang, here we go:

Alkisah, 'si angin' yang gagah perkasa diperintahkan oleh raja berkuasa untuk menjatuhkan seekor monyet dari pohon. Itu perintah simpel, jatuhkan monyet dari pohon tanpa merobohkan pohonnya. Maka, tanpa banyak tanya, berangkatlah si angin pergi ke hutan, hendak menunaikan tugas tersebut. Tidak butuh waktu lama, dia bisa menemukan seekor monyet muda yang sedang asyik duduk di atas pohon besar, sedang makan buah. Si angin menggeram kencang, mulai beraksi, dia bertiup kencang sekali. Si monyet kaget, tapi dengan cepat bisa berpegangan ke dahan pohon. Debu berterbangan, daun berkibar, dahan tersibak, hutan itu mulai dilanda angin ribut. Tapi apes bagi angin, sekencang apapun dia bertiup, itu monyet tidak jatuh, malah memeluk dahan pohon tambah erat. Rontok dedaunan, patah ranting2, pohon2 tersibak rebah jimpah, si monyet tetap tidak jatuh.

Si angin mulai putus asa, dia menggerung marah, bersiap mengirim badai besar, hendak menghancurkan hutan tersebut. Tapi dia segera ingat, raja menyuruhnya menjatuhkan monyet, bukan mencabut pohon besar tempat monyet itu berpegangan. Aduh, bagaimana ini? Maka setelah berjam2 mencoba tanpa hasil, hingga semalaman, tetap gagal, pulanglah si angin dengan tangan hampa.

Raja tertawa mendengar cerita si angin. Bilang, si angin salah strategi, tentu saja monyet itu akan tetap memeluk pohon tersebut bahkan kalaupun pohon sudah roboh. Setelah puas tertawa, kali ini raja menyuruhnya kembali ke hutan, lakukanlah dengan cara yang berbeda. Si angin, meski bingung dengan penjelasan raja, patuh, kembali ke hutan tersebut. Dia melaksanakan sesuai perintah, kali ini si angin mulai bertiup lembut, sangat lembut, seperti semilir yang meninabobokan. Saran raja efektif sekali. Astaga lihatlah, tidak butuh waktu lama, si monyet jatuh tertidur di atas dahan. Dan dengan situasi tersebut, dengan si monyet lelap tertidur, maka cukup satu sentakan angin kencang, si monyet jatuh ke bawah. Misi selesai.

Saya ingat sekali cerita ini. Selalu ingat. Pun termasuk nasehat di dalamnya.

Bahwa dalam hidup ini, kita boleh jadi memang gagah perkasa berhasil menghadapi hal2 buruk yang bersifat besar. Kita menolak untuk melakukan korupsi besar, kita menolak mencuri besar, kita jelas sekali gagah menghadapi itu semua. Karena terlihat, besar, dan jelas. Tapi kadang kita tidak menyadari, justeru kita bisa jatuh gara2 sesuatu yang kecil, yang berhasil meninabobokan kita. Sesuatu yang kita sepelekan, yang tidak kita sadari (atau lebih tepatnya tidak kita pedulikan), sesuatu yang buruk, yang justeru lama2 menjadi bukit, menjadi besar sekali. Menjebak kita, membuat kita menganggapnya lumrah. Lantas dengan sebuah godaan lebih besar, kita tutup mata, tergoda, maka jatuhlah kita seperti si monyet.

Saya tidak tahu apa hal2 kecil itu. Apa korup kecil2an itu, apa mencuri kecil2an itu. Saya serahkan ke masing2 orang untuk memikirkannya. Karena toh, saya juga pusing dan cemas memikirkan korup/mencuri kecil2an milik saya. Dalam jangka panjang, ini akan menjadi PR besar. Semoga orang2 memahami catatan ini.

KENAPA TIDAK?

Kenapa Tuhan tidak memberikan mekanisme sederhana: jika orang berbohong, maka hidungnya akan bertambah panjang. Macam Pinokio itu, semakin banyak bohongnya, semakin panjang hidungnya. Keren bukan? Dengan begitu, tidak akan ada yang coba-coba berdusta.

Kenapa Tuhan tidak memberikan mekanisme simpel: jika orang mencuri, maka kupingnya akan semakin lebar. Semakin sering dia mencuri, macam mencuri waktu kerja, asyik main internetan pas jam kerja, kupingnya semakin lebaaaar, sudah kayak jendela rumah, atau kayak daun talas, gede banget. Keren, kan? Dengan begitu, tidak akan ada yang coba-coba mencuri.

Kenapa Tuhan tidak memberikan mekanisme kecil: jika orang bergunjing, suka menjelek2an, suka berkata jorok, tukang fitnah, dsbgnya, bibirnya tambah memble. Semakin sering, maka bibirnya dower ampun2an, sampai menjuntai ke lantai saking dowernya. Yakin deh, orang2 pasti kapok, nggak akan berani coba2.

Kenapa?

Atau, kenapa Tuhan tidak memberikan mekanisme canggih: jika orang berbuat jahat, macam pemerkosa, tiba-tiba saja petir menyambar dari langit, membakar tubuhnya hingga jadi abu. Atau jika ada orang yang membunuh, merampok, tiba-tiba tanah terbelah, dan dia ditelan mentah2, musnah sudah dari muka bumi? Apa susahnya bagi Tuhan yang maha perkasa menciptakan mekanisme itu? Tapi kenapa tidak ada?

Jawaban persisnya saya tidak tahu. Tapi saya menggigit kuat2, bahwa Allah selalu punya rencana terbaik bagi semua orang. Pertanyaan2 ini tidak dalam rangka mempertanyakan banyak hal lantas kehilangan esensi iman, pertanyaan2 ini justeru menumbuhkan kesadaran betapa tingginya Allah, dan memperkokoh keyakinan dalam hati. Menambah kecintaan atas agama ini.

Maka, jawabannya, mungkin karena Allah memberikan kita semua kesempatan untuk berubah. Allah menutup aib kita, menutup dusta kita, maksiat, kebiasaan buruk kita, agar kita semua sempat berubah. Sungguh kasih sayang Allah itu tidak terhingga. Coba lihat, kita menantang Allah, dengan sombong sekali melakukan kejahatan, nyatanya tidak diambil oksigen di sekitar kita, manusia tetap bisa bernafas. Kita munafik sekali, barusan korup, kemudian shalat santai2 saja, nyatanya, Allah tidak membuat jantung kita berhenti berdetak. Padahal, bukankah kita seperti sedang mengolok2 Allah, memangnya Allah tidak bisa melihat kita korup barusan seperti Allah melihat kita shalat?

Maka, jawabannya, mungkin karena Allah selalu menyayangi kita semua. Pintu untuk memperbaiki selalu terbuka, selalu, selalu, dan selalu. Semoga kita tidak terlambat melakukannya. Karena sekali pintu itu sudah tertutup. Aduhai, sungguh azab dari langit itu pedih sekali. Lebih pedih dibanding disambar petir menjadi debu, lebih pedih dibanding ditelan bumi. Dan jelas, tidak ada orang yang bisa lari menghindar.


-Tere Liye